Rabu, 25 November 2009

Memakmurkan Masjid

Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (At-
Taubah: 18).

Tidak dapat disangkal bahwa masih ada diantara kau Muslimin yang beranggapan masjid hanyalah sekedar tempat
melaksanakan shalat semata-mata, sesuai dengan namanya “tempat sujud”. Anggapan demikian
sebenarnya perlu diluruskan. Sebab fungsi Masjid itu bukanlah semata-mata tempat melakukan ibadah dalam arti sempit
(contoh : shalat saja), akan tetapi masjid itu mempunyai multi fungsi: meliputi kegiatan-kegiatan dibidang ubudiyah,
sosial, bahkan as-siyasah/politik (asal bukan politik praktis).
Di zaman Rasulullah SAW sendiri terbukti masjid itu telah dipergunakan :
1. Sebagai kampus, dimana para sahabat menerima berbagai limu, baik yang berkenaan dengan pengetahuan Islam
maupun ilmu-ilmu lainnya.
2. Menjadi semacam Balai pertemuan untuk memusyawarahkan hal-hal yang berkenaan dengan kepentingan Islam dan
ummat, forum tempat menyampaikan maklumat-maklumat umum, pengarahan (brefing), menerima laporan-laporan,
mengatur siasat-siasat perang (ingat perang Uhud dimusyawarahkan/diputuskan di masjid Madinah) dll;
3. Selaku Baitulmal, dimana zakat, shodaqoh dan infak diterima, serta didistribusikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya;

4. Sebagai Aula untuk menerima tamu-tamu dari luar, juga sebagai Mahkamah/peradilan tempat mengadili perkara-
perkara;
5. Sebagai Asrama (dikompleks) masjid dimana disediakan tempat tinggal bagi sahabat-sahabat yang tidak mempunyai
keluarga, yang dinamakan “Ashabus Suffah” dibawah pimpinan Abu Hurairah, seorang sahabat yang
sangat dekat kepada Nabi SAW dan menjadi salah seorang sumber Hadits-hadits Nabawy.
6. Sebagai tempat melakukan kegiatan-kegiatan sosial, kebudayaan, pendidikan dan lain-lain.
Dari ayat ke-8 diatas Qur’an Surat At-Taubah, dapat difahami bahwa kemakmuran masjid itu haruslah dilakukan
dan dikembangkan oleh setiap Muslim, yang di dalamnya bersemi 4 (empat) unsur, yaitu :
1. Mempunyai landasan dan pegangan hidup (man amana : orang-orang yang beriman)
2. Senantiasa tekun berbakti kepada Allah (Aqomas-sholah: mendirikan sholat).
3. Melaksanakan kewajidan-kewajiban kemasyarakatan dan kewajiban terhadap sesame manusia (ataz-zakata :
menunaikan zakat).
4. Mempunyai kepribadian dan pendirian (istiqamah), tidak ada tempatnya takut kecuali hanya kepada Allah SWT (lam
yakhsya illallah).
Ummat Islam di Indonesia patut bersyukur , sejak zaman dahulu sampai sekarang selalu giat berusaha membangun
masjid-masjid. Selain sebagian memang ada yang berasal dari bantuan pemerintah, namun tidak sedikit pula yang
berasal dari zakat, infak dan shodaqoh ummat Islam. Ini menunjukan bahwa jiwa dan semangat agama itu telah berurat
berakar di dalam hati masyarakat kita. Seyogyanya masjid-masjid dibangun dengan kekuatan kaum Muslim sendiri, yang
didorong oleh semangat menunaikan kewajiban yang terpikul di atas pundak mereka, terutama kaum hartawan yang
wajib menunaikan zakatnya. Semangat yang demikian harus dipupuk dan dikembangkan terus. Kita tidak boleh
berpangku tangan, dengan hanya berharap bantuan dan uluran tangan dari pemerintah misalnya, sebab kecuali
pemerintah mempunyai kemampuan dana yang terbatas, juga kalaupun ada danaynya dapat dialihkan atau
dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan ummat lainya seperti membangun gedung sekolah/madrasah, panti
asuhan, jalan, irigasi, dan lain-lain. Kita juga amat bersyukur kepada Allah SWT bahwa usaha-usaha memakmurkan
masjid, menghidupkannya dengan berbagai macam kegiatan ubudiyah dan amaliyah, dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Ummat Islam semakin menyadari bahwa jiwa keagungan dan kebesaran sesuatu masjid hanyalah diukur dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalamnya, bukan dari bentuk, arsitektur atau bahan-bahan bangunan yang mahal
harganya. Meskipun suatu Masjd terbuat dari marmar Italy yang mahal harganya, tikarnya dari karpet-karpet halus
buatan luar negeri, dihiasi dengan gemerlapnya lampu berwarna-warni, tetapi kalau di dalamnya kosong dari kegiatan-
kegiatan, tidak ada maka masjid yang demikian tidak ubahnya laksana museum, atau
kuburan Cinha. Karena tidak memberi faedah sedikitpun kepada masyarakat sekitarnya, bahkan kadang-kadang dianggap angker. Ada yang berpendapat bahwa jika dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan masjid di negara-negara
Islam lainnya, maka kegiatan-kegiatan dalam rangka ta’mirul masjid di tanah air kita boleh dikatakan cukup
membesarkan hati. Sebagai contoh, sudah umum dilakukan ceramah-ceramah/pengajian-pengajian/kuliah agama Islam
pada setiap antara Maghrib - Isya, malam Jum’at dan hari-hari besar Islam, kuliah shubuh dan lain-lain. Pada
saat-saat tertentu, terutama ketika mengahadapi zaman pancaroba, dimana potensi kaum Muslim terpecah-belah atau
dipecah belah, maka masjid itu berfungsi sebagai tempat re-integrasi atau rehabilitasi ummat. Dari masjid dikumpulkan
dan disatukan kembali kekuatan-kekuatan yang terpecah belah itu, kemudian diperbaiki dan dipulihkan kembali
semangat dan mental ummat. Sebagai ilustrasi tentang re-integrasi dan re-habilitasi ummat itu, dapat dikemukakan
tatkala Indonesia mengalami cobaan berat ketika kaum Penjajah Barat yang dipelopori Portugis dan Belanda menduduki
Indonesia. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, setelah lama mengadakan perlawanan yang sengait terhadap serdadu
kaum penjajah itu, satu demi satu menderita keruntuhan, sehingga Islam di Indonesia kehilangan status politik sama
sekali. Pada waktu itu masjid sudah memainkan peranan penting sebagai pusat pertemuan-pertemuan Islam sebagai
kubu pertahanan yang kokoh memelihara akidah dan membentuk tenaga pertahanan yang cukup tangguh.
Perjuanngan kaum Muslim melawan penjajah di Indonesia, persis seperti apa yang dipesankan oleh Khalifah Abu Bakar
Ash-Siddik dengan ucapannya: ;Dan sesungguhnya dewasa ini kamu ada di bawah naungan Pemerintah Khalifah
Nubuwah (penerus kenabian) serta berada dipersimpangan jalan. Sepeninggalku kelak akan timbul kerajaan aniaya, raja
yang durhaka., ummat yang pecah belah, darah mudah tertumpah. Jika kelak kebatilan itu menyerbu, sedang
pendukung kebenaran itu mengadakan perlawanan tanpa meninggalkan bekas, dan kebajikan hilang lenyap, dikala itu
berpusatlah masjid, carilah petunjuk Al-Qur’an dan patuhilah pada pimpinan.”
Pada era penjajahn dahulu, kaum muslimim Indonesia sungguh-sungguh menyaksikan kebenaran sinyalemen Khlafih
Abu Bakar Shidiq itu. Mereka pada waktu itu mengungsi ke masjid-masjid dan berpusat di dalamnya, memperbaiki
kesalahan yang ada dan menata barisan mereka dalam sholat disamping mengatur strategi perang untuk melawan
kaum penjajah. Salah satu fenomena lain yang menggembirakan kita pada akhir-akhir ini ialah semakin tumbuhnya
perhatian remaja-remaja dan pemuda-pemuda Islam dalam rangka memakmurkan Masjid. Sepuluh atau dua puluh
tahun yang lalu yang ramai mengunjungi Masjid untuk melaksanakan shlat hanyalah mereka yang berasal dari orang tua
yang sudah lanjut usia.
Maka untuk mewujudkan ketinggian Islam khususnya di Kota Batam dan Indonesia, memakmurkan Masjid
(ta'mirul masjid) menuju li'llai kalimatillah salah satu keniscayaan, semoga! Wallahua'lam.

Sumber : Grup Facebook : Usaha Memakmurkan Masjid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

This blog clearly created and dedicated for sharing all knowledge about Islam. Any people, moslem and or non muslim, strongly recommended to read. Have a nice reading.

Pengikut

Lorem Ipsum


Anda Bertanya, Kami Coba Carikan Jawabannya

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP